Monday, February 17, 2014

Resensi Novel “Seandainya”


Judul               : Seandainya
Penulis            : Windhy Puspitadewi
Penerbit         : Gagas Media
Tebal              :  xxi + 224 halaman  

Novel dengan genre teenlit ini menceritakan tentang rasa yang tidak kunjung terucap dan persahabat 4 orang remaja sejak duduk di bangku SMP. Mereka adalah Rizky, Juno, Arma dan Christine. Keempat remaja ini menggambarkan tentang persahabatan yang kemudian didalamnya benih cinta yang tumbuh. Cinta yang awalnya tidak terucap, tentang Rizki yang jatuh cinta pada Juno, begitu pun sebaliknya. Rasa ini baru terungkap saat mereka sudah tumbuh dewasa, dan telah bekerja di tempat yang berbeda. Saat mengungkapkan itu, Rizki telah mempunyai janji hati (bertunangan) dengan perempuan lainnya. Memang benar bahwa ada beberapa hal yang harus dikatakan baru bisa dimengerti.

Pelajaran penting lainnya dalam buku ini adalah tentang persahabatan yang tidak mengenal status sosial. Christine yang notabenenya adalah anak seorang Gubernur bisa merasakan arti persahabatan sejati dari para sahabatnya. Begitu pun dengan cinta yang didapatnya dari Derry, secret admirernya sejak SMP yang untuk kesekian kalinya mengirimkan surat cinta dan puisi-puisi romantis ,yang kemudian menjadi suamniya dan bersama-sama melanjutkan hidup sebagai sukarelawan UNICEF.


Di halaman 198, pembaca akan menemukan kalimat “ jika kamu miskin, jangan pernah membuat sesuatu yang mencolok.” Ini adalah pengalaman Rizki yang membuatnya menyimpan kepintarannya untuk menyelamatkan keluarganya. Tapi, menurut saya sebagai pembaca, kalimat ini tentu saja cukuplah ada di cerita Rizki berdasarkan pengalaman masa lalunya, tapi untuk menunjukkan eksistensi diri sebagai manusia yang bijaksana tetaplah melakukan yang terbaik dalam setiap detik kehidupan yang tersisa. So, just do your best.

Monday, February 3, 2014

Resensi Novel “A”


Judul               : A
Penulis            : Dwika Rezza
Penerbit         : Wahyu Media
Tebal              : iv + 316 halaman

Jika dilihat dari satu sisi dan dua dimensi, maka menara Eiffel itu seperti huruf A. Seperti itulah kisah yang kujalani. (hlmn. 315)

Cerita bermula saat Daniel dan Lucas, anak dari pengusaha terkaya dan terkenal di Indonesia kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kuliahnya, setelah sebelumnya kuliah di Paris. Semua itu keinginan Papa mereka yang sulit untuk dibantah.

Pindahnya Daniel ini menjadi awal pertemuannya dengan Bella, gadis yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Sayangnya, kisah cintanya dihalangi oleh Papanya yang notabenenya tidak mau Daniel berhubungan dengan perempuan yang tidak selevel dengan keluarga mereka. Ditambah lagi dengan bully yang seringkali dilakukan oleh geng Gothshop, khususnya Sonia yang menyukai Daniel.

Tanpa seizin dengan Daniel, Papanya dan Papa Sonia menjodohkan Daniel dan Sonia dengan alasan pengembangan bisnis mereka. Pertunangan pun terjadi, dengan dihadiri oleh banyak orang, termasuk Bella. Di hari pertunangan itu, Daniel ingin mengungkapkan perasaannya pada Bella, tapi kemudian niatnya diurungkan.

Ujian skripsi pun selesai. Di kampusnya ada kegiatan penggalangan dana oleh orangtua dan wali mahasiswa. Daniel pun tambil dengan grand pianonya sembari menyanyikan Lagu The Way You Look At Me. Sebelum menyanyi, dia pun mengungkapkan perasaannya pada Bella, di depan semua penonton termasuk Keluarga Daniel dan Keluarga Sonia. Ini tentu saja membuat Papa Daniel marah besar. Sejak saat itu, pertunangan dibatalkan.