Friday, January 5, 2018

Belajar Mengkritik Dari Buku “Suaraku, Ekspresiku”

Akhir-akhir ini saya  banyak membaca berbagai tulisan tentang Women Empowerment,  salah satunya Suaraku, Ekspresiku.

Suaraku, Ekspresiku yang merupakan kumpulan tulisan Nurul Imi Idrus, seorang guru besar pertama perempuan di Fisip-UNHAS sekaligus sebagai kolumnis tetap di Koran Harian FAJAR sejak tahun 2007.

Buku Suaraku, Ekspresiku ini sangat menarik karena menggunakan bahasa yang ringan namun mengandung banyak pesan dan kritik. Banyak hal yang dibahas dalam buku ini, bukan hanya persoalan perempuan tetapi hal-hal umum yang mengandung pengetahuan. Mulai dari Pemilu, Korupsi, Seksualitas, Perempuan, Suami-istri, Hari Yang Fitri, Dinamika Kehidupan, Kimia Dan Kemanusiaan,  Onlining, Geliat Waktu, Imajinatif dan Tahun Baru

Thursday, January 4, 2018

Tanggal 1 Januari Dan Berbagai Pelajaran Dari Ibu

Tahun lalu, tepatnya 1 Januari 2017. Kejutan kecil berupa kue ulang tahun saya dan adik bawakan untuk ibu. Perayaan kecil untuk merefleksi usia ibu yang semakin menua. Kami berdoa lalu tersenyum. Ibu pun mengucapkan berbagai harapan, salah satunya agar kedua anaknya menikah dengan pasangan yang dicintainya. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian di tahun yang sama, doa ibu terkabul.

kejutan kecil untuk Ibu tahun lalu 

Setahun berlalu. Beberapa hari lalu tepatnya 1 Januari 2018, saya meminta adik di Makassar untuk menyiapkan kue ulang tahun. Saya hanya bisa mengucap selamat ulang tahun melalui telepon, tanpa bisa bertemu langsung.
* * *
Meski masih di Indonesia, jarak Makassar ke Aceh harus ditempuh selama berjam-jam. Dimulai dari penerbangan Makassar menuju Jakarta yang ditempuh selama 2 jam 20 menit, dilanjutkan dari Jakarta menuju Medan yang ditempuh selama 2 jam 20 menit lalu dilanjutkan dari  Medan menuju Aceh selama 1 jam 10 menit. Jalur lain yang biasa saya tempuh adalah penerbangan dari Makassar menuju Kuala Lumpur dengan waktu tempuh 3 jam, lalu transit semalam. Keesokan paginya penerbangan bisa dilanjutkan dari Kuala Lumpur ke Aceh dengan jarak tempuh 1 jam.

Monday, January 1, 2018

Selamat Datang di Lapeng

setelah berada di boat selama 2 jam, sampailah kami di Gampong Lampuyang
“Yeay, sudah sampai di Lapeng,” saya berucap  senang.
Para penduduk terlihat ramah menyambut kedatangan kami petang itu. Berasa berada di kampung sendiri, padahal ini baru pertama kalinya saya di sini.
* * *
Perjalanan menuju Lapeng untuk pertama kalinya ini ditempuh dengan menggunakan kapal besar yang ditaksir mampu menampung 100 orang. Saya dan rombongan menempuh perjalanan selama 2 jam dari Pelabuhan Lampulo hingga tiba di Dermaga Gampong Lampuyang, Pulo Aceh. Dari Gampong Lampuyang, butuh waktu sekitar 40 menit lagi menggunakan pick up. “Sekarang sudah bisa pakai pick up karena jalannya sudah mulai diperbaiki, sebelumnya kalau naik motor biasanya jatuh berkali-kali,” tutur Bang Romi.
 
menggunakan pick up dari Dermaga Lampuyang menuju Lapeng
Sepanjang perjalanan menuju Lapeng, saya melihat beberapa bangunan yang tidak dipergunakan. “Sayang sekali dana negara dipakai hanya untuk membangun bangunan yang tidak dimanfaatkan secara efektif, alangkah lebih bijak jika dipakai untuk kemaslahatan masyarakat. Terlalu sering pemerintah kita ini menganggarkan pembangunan ini dan itu, hanya sekadar melunasi pelaksanaan program, tanpa memaksimalkan tujuan dari program itu. Ah, padahal masih banyak masyarakat miskin di negara ini. Kenapa tidak memodali mereka saja sehingga bisa lebih mandiri? Mengapa harus membangun ini, membangun itu,” gumaman saya pun melebar.
* * *

Petang pun tiba. Waktu menunjukkan pukul 18.25. Saya akhirnya melihat Lapeng, senyuman ramah masyarakat, anak-anak kecil yang bermain dan para pemuda yang sedang bermain basket. Keramahtamahan masih sangat terlihat di desa ini. Semoga ini akan terus bertahan ditengah modernisasi dan pembangunan tiada henti yang kadang kebablasan saat ini.