Wednesday, September 28, 2016

Apartemen, Solusi Yang Menciptakan Keuntungan

Saat membuat tulisan ini, saya pun teringat pada kenangan tahun 2015 silam saat menghabiskan 5 minggu di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu saya tinggal bersama ibu angkat di sebuah apartemen. Tepatnya di 900 South Michigan Avenue 1908. Saya merasa berada di apartemen sangat menyenangkan. Menikmati pagi dengan olahraga bersama ibu angkat, menikmati senja sepulang kerja dari arah teras lantai 19 dan mengembangkan networking melalui Thursday Thirsty.
* * *
Kebutuhan tinggal di apartemen ternyata bukan hanya di negara-negara luar semisal Amerika. Kebutuhan ini semakin meningkat seiring berkurangnya lahan untuk pemukiman, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, jika ditilik, selain menjadi solusi maksimalisasi lahan dengan penciptaan hunian yang nyaman dengan beragam fasilitas, apartemen pun bisa memberikan beberapa keuntungan. Berikut beberapa keuntungan memilih apartemen.

Kenyamanan di Apartemen Juga Bisa Melatih Kemandirian
Seorang siswa saya bernama Celine Claudia yang saat ini memasuki semester 1 di sebuah kampus swasta memilih tinggal di apartemen. Menurutnya, meskipun berada dalam kondisi yang nyaman di apartemen, tinggal di apartemen membuat dia bisa mandiri dalam mendisiplinkan diri, mengatur keuangan, dan mengatur waktu ditengah padatnya rutinitas sebagai mahasiswa baru. Celine pun yang awalnya tidak mampu melaksanakan pekerjaan rumah seperti memasak dan membersihkan apartemen, pada akhirnya mampu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Celine yang tampak menikmati apartemen impiannya
Thursday Thirsty, Rutinitas Menyenangkan Penghuni Apartemen
Selain berbagai fasilitas yang disiapkan oleh pengembang apartemen seperti kolam renang, taman bermain dan tempat publik lainnya, Thursday Thirsty bisa menjadi agenda rutin yang menyenangkan para penghuni. Kegiatan ini merupakan agenda kumpul bersama di Kamis sore sambil bercengkrama dengan para penghuni unit apartemen. Meski Thursday Thirsty ini saya adopsi dari pengalaman tahun lalu di Chicago, kegiatan ini bisa diikuti untuk lebih memperluas networking dan mempererat hubungan kekeluargaan. Menyenangkan kan?

Monday, September 26, 2016

Meski Banjir, Kelas Carakde Tetap Terlaksana

Adik-adik di jalan Adiyaksa Baru tampak antusias saat mengikuti kelas CARAKDE kemarin (25/9). Meski area sekitar tempat belajar dalam keadaan banjir, kelas masih terlaksana dengan lancar dan penuh canda tawa.

Wednesday, September 21, 2016

Terengganu, I’m Coming

Bagian Ketiga #ceritadariterengganu
Melakukan berbagai perjalanan layaknya menabung banyak pengalaman. Perjalanan kali ini adalah ke Terengganu, salah satu negara bagian Malaysia yang terletak di Pantai Timur Semenanjung Malaysia.

Meski harus menghabiskan malam dan menunggu pagi di Terminal Bersepadu Selatan (TBS), perjalanan menuju Terengganu ini mengesankan. Selain cerita bersama Pak Iman, seorang penghasil devisi asal Surabaya dan tentang Canai serta Istana Maziah, ada beberapa hal menarik lain di tempat ini.

Tuesday, September 20, 2016

Canai dan Apam, Serta Istana Maziah Terengganu

Bagian Kedua #ceritadariterengganu
salah satu bagian dari Istana Maziah (bangunan lama)
14 September 2016
“Kita kemana lagi?” tanyaku pada Mira, sahabat yang kukenal saat kami sama-sama mengikuti program Indonesia Malaysia Youth Exchange Program 2014. Pagi itu kami baru saja selesai menyantap Canai dan Apam sebagai sarapan di kedai tempat sahabat Mira bekerja. Nama kedai itu Naj D’ Leaf Restaurant.
“Istana Maziah,” jawabnya sambil tetap mengemudi dengan santai.
 

Berkenalan Dengan Pak Iman, Penghasil Devisa Indonesia Asal Surabaya

Bagian Pertama #ceritadariterengganu
bersama Pak Iman (kanan) dan seorang pemuda Bangladesh (depan saya)
“Mau kemana?” tanya seorang lelaki yang saya perkirakan berumur lebih dari 45 tahun.
Dialek Melayu terdengar khas dari cara bicaranya. Saat itu kami tengah berdiri di Gate 1 Terminal Bersepadu Selatan di Kuala Lumpur, menunggu kedatangan bis Mata Air. Waktu setempat menunjukkan pukul 12 siang.
“Kuala Terengganu Pak,” saya pun menjawab.
“Sama,” sambungnya ringkas.

Sunday, September 18, 2016

Kapan Seseorang Akan Berhenti Belajar?

Catatan Ketiga (terakhir) dari YSEALI U-CAMP
bersama dua inspirator muda dari Aceh, Cut Ervida dan Mariska Nanda
Selama 3 hari sesi materi YSEALI U CAMP, di hari ketiga, Pak Frans selaku Senior Facilitator UID memaparkan saat-saat dimana seseorang akan berhenti belajar. Saat-saat itu adalah ketika seseorang:
1.    Fokus terlalu pada diri sendiri
2.    Fokus pada masalah
Untuk sebuah masalah, ada berbagai macam solusi
3.    Ketika kita terpaku pada rutinitas yang itu-itu saja

Change Your Words, Change Your World

Catatan Kedua dari YSEALI U-CAMP

Sebagai pemimpin yang baik, buatlah orang-orang tergerak dalam melakukan sesuatu, bukan karena terpaksa, tapi orang memang melaksanakan sesuatu hal karena keinginannya sendiri. Oleh karena itu, pergunakanlah kata-kata yang membuat orang tertarik untuk bergerak. It sounds simple, but it isn’t easy to apply. But when we can change our words, we can change the world. Hal ini juga menjadi catatan penting bagi saya setelah mengikuti YSEALI U-Camp.

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya menjadi seorang pemimpin, bukan hanya persoalan visi personal, tapi juga visi komunal. Oleh karena itu seorang pemimpin mampu membahasakan visi komunal tersebut dengan tepat dan lugas. Sehingga setiap orang yang dipimpin mampu memahami arah dari sebuah pergerakan yang dilakoninya. Insipiring Leader is someone who knows the goal and act (not just a theory).

3C and 3H in Leadership

Catatan Pertama dari YSEALI U-CAMP


Satu per satu peserta memasuki ruang kegiatan YSEALI U-CAMP. Banyak diantara mereka yang sudah saling kenal, karena pernah mengikuti program YSEALI sebelumnya. Suasana keramahtamahan dan persahabatan pun terasa  selama kegiatan yang dilaksanakan oleh United in Diversity (UID) bekerjasamadengan US Embassy pada 22-24 Agustus 2016 di Artotel Hotel, Thamrin, Jakarta.



Tuesday, September 6, 2016

GYSD 2016, Bukti Jiwa Relawan Para Siswa Bosowa School Makassar

Para siswa SMP Bosowa School Makassar (SMP) membuktikan bahwa menjadi relawan bisa dilakukan sedini mungkin. Jiwa relawan mereka ini buktikan dalam sebuah kegiatan bertajuk Global Youth Service Day (GYSD) 2016, sebuah kegiatan berskala internasional yang melibatkan remaja sebagai relawan untuk masyarakat.

GYSD 2016 yang mengangkat tema “We are Young Leaders, We Love Village” dilaksanakan di Desa Bonto Bulaeng Kabupaten Bantaeng pada tanggal 2-3 September. Para siswa SMP BSM menjadi relawan program pendidikan dengan mengajar anak-anak di SD  Sinoa serta pemutaran film Laskar Pelangi untuk masyarakat setempat, program kesehatan dengan membantu dokter dan bidan melakukan pelayanan kesehatan masyarakat secara gratis serta bidang lingkungan dengan melakukan penanaman pohon.