Ammy, apa kabar?
Ammy, lagi apa?
Pertanyaan itu selalu terlontar dari Eonni
Sahaja- seseorang yang entah sejak kapan saya mulai sayangi- saat kami bertegur
sapa melalui ponsel atau pun skype. Dua
pertanyaan itu akan selalu saya rindukan dari seorang Eonni yang saya temui
meski hanya beberapa kali, tapi menitipkan rindu yang akhirnya dalam.
Masih teringat jelas saat kami bercerita
banyak di suatu sore di Pulau Langkai yang menyadarkan saya tentang dalamnya kebermaknaan
rasa, yang tidak bisa diukur. Masih terukir nyata saat kami menghabiskan banyak
cerita di perpustakaan Rumah Relawan
Remaja. Masih tergambar indah saat saya bermanja-manja ke Eonni sembari
memeluknya atau saat Eonni menulis huruf-huruf Hangul yang mendorong semangat
saya belajar Bahasa Korea sampai saat ini.