Ijazah, bukan
jaminan apa-apa. Memang bisa bermanfaat, tapi tak selamanya kertas selembar itu
menjadi penentu nasib baik. Dunia berubah, tantangan bertambah, dengkul makin
goyah, ah sudahlah. Belajar teruslah biar tetap bergairah.
Salah satu kutipan dalam
novel berjudul Kami (Bukan) Sarjana Kertas yang ada di halaman 233 ini menjadi
salah satu kutipan yang kusuka dalam karya J.S Khairen ini, sebuah karya yang
akhirnya bisa kubaca bulan ini, setahun lebih setelah novel fenomenal ini
terbit.
Saat mulai membaca buku
ini, saya terus penasaran mau cepat menyelesaikan. Bahkan, beberapa kali, saat
membersamai anak kesayangan yang berumur 1,5 tahun, saya pun membaca novel dengan
gaya bahasa yang mudah dipahami. Setelah 3 hari, akhirnya novel ini selesai
kubaca.
Yang sudah membaca novel
ini, tentu sepakat kalau didalamnya berisi cerita tentang persahabatan semasa
kuliah yang membuat kita tertawa atau senyum sendiri, ya ga sih? Selain itu, tergambarkan juga tentang dunia
kerja yang professional itu tidak mengedepankan IPK. IPK sih boleh tinggi, tapi
kalau tidak ada kemampuan di dunia kerja saat ini, yah ga maju-maju juga kan?
Intinya, novel ini mengandung banyak pesan moral tentang kehidupan.
* * *
Secara ringkas, novel ini berisi tentang
tujuh mahasiswa yang berada dalam satu kelompok di Kampug UDEL, sebuah kampus
yang kalau kita cari di google, tak
akan ketemu. Saat masuk di kampus ini, mereka punya alasan yang berbeda-beda.
Di hari pertama kuliah dengan alasan
yang berbeda-beda itu, mereka dipertemukan dengan Ibu Lira Estrini, dosen
konseling yang masih muda dan mengangetkan seisi kelas dengan membawa sekotak
pizza dan koper berisi tikus. Namun, kejadian ini, justru akan menjadi pemantik
bagi mahasiswa bimbingan ibu Lira dalam menggapai mimpinya.
Seperti apa proses para tokoh
bertahan di kampus UDEL yang nantinya juga akan punya masalah yang kompleks? Mampukah
mereka menjadi sarjana yang tidak sekadar diatas kertas?
* * *
Novel yang
diterbitkan Bukune dengan sampul yang ciamik
ini cocok untuk berbagai kalangan, mulai dari pelajar SMA, mahasiswa bahkan
orangtua. Apalagi, pesan moral yang disampaikan akan membuat kita semakin paham
tentang pendidikan dan ijazah.
Secara personal, saya juga terkesan dengan banyak kata dalam novel ini. Banyak yang akhirnya membuat saya mengangguk karena membenarkan beberapa kejadian dalam novel keren ini.
Sebagai penutup, saya ingin berbagi
kutipan yang saya dapatkan di halaman 128.
“Jadi sarjana atau
tidak, itu Cuma di atas kertas! Banyak sarjana menganggur juga. Banyak orang
tak sekolah tinggi tapi sukses. Banyak sarjana begitu bekerja tak bisa apa-apa.
Masuk kantor gagah, pulang-pulang gagap.Dunia professional menuntut begitu
tingg. Banyak sarjana tak pandai ilmu, hanya ilmu silabus saja. Sarjana
Kertas!.”
Aku terkesan dengamkutipan novel itu. Jadi penasaran karena gayamu bercerita seolabbuku itu sedang dibacakanuntukku
ReplyDeletehahahaha, boleh..boleh...ah jadi flashback
ReplyDeleteBuku bagus juga ini, masuk waiting list dulu, hehe
ReplyDelete