|
setelah berada di boat selama 2 jam, sampailah kami di Gampong Lampuyang |
“Yeay, sudah
sampai di Lapeng,” saya berucap senang.
Para
penduduk terlihat ramah menyambut kedatangan kami petang itu. Berasa berada di kampung
sendiri, padahal ini baru pertama kalinya saya di sini.
* * *
Perjalanan menuju Lapeng untuk pertama
kalinya ini ditempuh dengan menggunakan kapal besar yang ditaksir mampu menampung 100 orang. Saya dan rombongan
menempuh perjalanan selama 2 jam dari Pelabuhan Lampulo hingga tiba di Dermaga
Gampong Lampuyang, Pulo Aceh. Dari Gampong Lampuyang, butuh waktu sekitar 40
menit lagi menggunakan pick up. “Sekarang
sudah bisa pakai pick up karena
jalannya sudah mulai diperbaiki, sebelumnya kalau naik motor biasanya jatuh
berkali-kali,” tutur Bang Romi.
|
menggunakan pick up dari Dermaga Lampuyang menuju Lapeng |
Sepanjang perjalanan menuju Lapeng, saya
melihat beberapa bangunan yang tidak dipergunakan. “Sayang sekali dana negara dipakai hanya untuk membangun bangunan yang
tidak dimanfaatkan secara efektif, alangkah lebih bijak jika dipakai untuk kemaslahatan
masyarakat. Terlalu sering pemerintah kita ini menganggarkan pembangunan ini
dan itu, hanya sekadar melunasi pelaksanaan program, tanpa memaksimalkan tujuan
dari program itu. Ah, padahal masih banyak masyarakat miskin di negara ini.
Kenapa tidak memodali mereka saja sehingga bisa lebih mandiri? Mengapa harus
membangun ini, membangun itu,” gumaman saya pun melebar.
* * *
Petang pun tiba. Waktu menunjukkan pukul 18.25.
Saya akhirnya melihat Lapeng, senyuman ramah masyarakat, anak-anak kecil yang
bermain dan para pemuda yang sedang bermain basket. Keramahtamahan masih sangat
terlihat di desa ini. Semoga ini akan terus bertahan ditengah modernisasi dan
pembangunan tiada henti yang kadang kebablasan saat ini.