Tahun lalu,
tepatnya 1 Januari 2017. Kejutan kecil berupa kue ulang tahun saya dan adik
bawakan untuk ibu. Perayaan kecil untuk merefleksi usia ibu yang semakin menua.
Kami berdoa lalu tersenyum. Ibu pun mengucapkan berbagai harapan, salah satunya
agar kedua anaknya menikah dengan pasangan yang dicintainya. Alhamdulillah, beberapa
bulan kemudian di tahun yang sama, doa ibu terkabul.
kejutan kecil untuk Ibu tahun lalu |
Setahun berlalu. Beberapa hari lalu tepatnya 1 Januari 2018, saya meminta adik di Makassar untuk menyiapkan kue ulang tahun. Saya hanya bisa mengucap selamat ulang tahun melalui telepon, tanpa bisa bertemu langsung.
* * *
Meski masih di Indonesia, jarak Makassar ke
Aceh harus ditempuh selama berjam-jam. Dimulai dari penerbangan Makassar menuju
Jakarta yang ditempuh selama 2 jam 20 menit, dilanjutkan dari Jakarta menuju Medan
yang ditempuh selama 2 jam 20 menit lalu dilanjutkan dari Medan menuju Aceh selama 1 jam 10 menit. Jalur
lain yang biasa saya tempuh adalah penerbangan dari Makassar menuju Kuala Lumpur
dengan waktu tempuh 3 jam, lalu transit semalam. Keesokan paginya penerbangan
bisa dilanjutkan dari Kuala Lumpur ke Aceh dengan jarak tempuh 1 jam.
Dari Aceh yang damai ini, saya mengingat
Makassar yang penuh rekaman perjuangan dan pelajaran dari ibu, pejuang keluarga
yang membesarkan kedua anaknya dengan penuh cinta. Cinta yang lahir dari sebuah
kekuatan, membuat saya pun menjadi pribadi yang kuat. Semua karena ibu!
Terekam jelas saat saya duduk di bangku SD,
setiap akan lebaran, ibu memastikan saya dan adik punya baju baru. Meskipun
hanya baju obral seharga 10.000. Baju baru dengan harga murah itu tentu saja
membuat saya dan adik sangat bahagia, tanpa perlu tahu betapa susahnya ibu
membahagiakan kami. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun tahu bahwa untuk
membahagiakan orang lain, kita hanya perlu membuktikan, tanpa harus mengatakan
perbuatan baik itu.
Teringat sempurna saat saya duduk di bangku
SMP dan SMA, ibu yang telah berjuang menghadapi berbagai tantangan untuk menghidupi
dan menyekolahkan saya dan adik. Di saat orang-orang masih terlelap dalam mimpi
indahnya, ibu terbangun melanjutkan pesanan jahitannya yang merupakan sumber
penghasilan utama keluarga kami. Saat pesanan jahitan sepi, ibu membuat kue
untuk dijual di tetangga-tetangga kami. Tentu saja, untuk menghidupi dan
menyekolahkan kedua anaknya. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun paham bahwa
untuk mencapai sesuatu, perlu usaha maksimal dan halal, meski kadang
melelahkan.
Melekat erat dalam benak saat saya akan
melanjutkan kuliah S1 dan adik akan melanjutkan SMA dengan biaya yang sangat
besar waktu itu bagi kami. Bahkan saat itu saya berkata sama ibu “saya tidak
usah kuliah.” Tapi ibu terus menguatkan saya untuk mencapai cita-cita menjadi
guru bahasa Inggris, yang juga menjadi cita-cita ibu dulu. Mesin jahit
satu-satunya pun dijual, untuk mencukupi biaya pendaftaran kami. Hingga pusaran
waktu membawa saya menyelesaikan kuliah hingga S2 dan mendapat apa yang saya cita-citakan.
Begitu pun dengan adik saya. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun berani
meruntuhkan ketakutan untuk mencapai berbagai impian.
Masih terlihat jelas pula, 22 Desember 2017,
seusai shalat subuh di Bandara Soekarno Hatta. Ibu mengantarkan saya yang akan
menempuh perjalanan berjam-jam untuk tiba di Aceh, demi sebuah bakti pada
suami. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun belajar bahwa untuk berhijrah dan
beribadah, butuh pengorbanan demi menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Ibu, pejuang keluarga kami |
* * *
Selamat tanggal 1 Januari Ibu. Segala doa terbaik
tercurahkan untuk ibu yang telah memberi saya banyak pelajaran. Berbagai pelajaran
dari Ibu kini terus saya aplikasikan, termasuk menjadi belajar menjadi istri
yang tangguh untuk memaknai perjalanan hidup ini.
0 comments:
Post a Comment