Jumat, 16 April 2021, saya diundang sebagai Ketua Rumah Relawan Remaja sekaligus Sekretaris Forum Taman Baca Provinsi Aceh, untuk menghadiri Grand Launching Modul Literasi Digital yang dilaksanakan oleh Kominfo dan Siberkreasi.
Acara yang dihelat secara bersar dan bersamaan 5 kota ini, dimulai dengan talkshow. Di Aceh, untuk sesi talkshow pertama, ada 3 narasumber. Mereka adalah Pak Martunis (Kepala Sekolah Sukma Bangsa), Pak Ramadan (Guru Sukma Bangsa) dan Pak Ahmadani Kepala Bidang SMA/SMK Disdik Provinsi Aceh.
Saya ingin menggaris bawahi beberapa hal dari presentasi para narasumber terkait terampil mengajar di era digital. Tentu saja semoga bisa menjadi inspirasi untuk saya dan juga pembaca blog ini.
Dalam paparannya, Pak Martunis mengatakan bahwa akselerasi transformasi digital menjadi lebih cepat terlaksana karena pandemi. Yang perlu dilakukan saat ini adalah shifting the mindset, apalagi anak-anak saat ini adalah digital native. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya sebuah penelitian dilakukan oleh European Comission dilaksanakan di 31 negara Eropa terkait penggunaan ICT. Penelitian itu menunjukkan bahwa guru-guru yang cenderung punya kemampuan ICT yang cukup baik dikenal sebagai guru yang menyenangkan.
Ada juga Pak Ramadani dengan semangat memberikan beberapa platform yang bisa menjadi inspirasi bagi guru sehingga kelas bisa lebih menyenangkan. Apalagi di era pandemi saat ini. Guru ini benar-benar mengaplikasikan bahwa terampil mengajar adalah memberikan akses pembelajaran sesuai zamannya.
Satu lagi pemateri dari pemangku kebijakan yaitu Pak Ahmadani, memaparkan bahwa sistem pembelajaran saat ini baik yang luring dan daring, tetap berjalan lancar. Sayangnya kondisi pandemi dan juga pengembangan literasi digital menemui beberapa kendala di Aceh, semisal pengetahuan guru yang saat ini sudah berusia lanjut serta banyaknya anak-anak yang belum menguasai IT.
Poin terakhir, sangat saya sepakati. Kondisi
dimana anak-anak belum menguasai teknologi. Ini tentu terjadi di beberapa daerah
terpencil yang kulihat secara langsung. Boro-boro
mau mengerti teknologi, perlancar huruf demi huruf saja butuh usaha yang luar
biasa. Yah, meskipun begitu, kita tak boleh putus asa. Terus bergerak adalah kunci
demi melihat bangsa ini menjadi bangsa yang lebih literat.
0 comments:
Post a Comment