“Bisa
maki’ naik ke atas? Mau dimulai materi, ,” kata Pak Salam, salah satu staf
Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Sulawesi Selatan kepada Hardian, Thorgib,
Sike dan saya yang baru saja menyelesaikan makan malam penuh cerita.
Kami berempat mewakili PCMI Sulsel sebagai
peserta kegiatan Temu Koordinasi Forum Bina Kepemudaan Tahun Anggaran 2017 yang
dilaksanakan pada tanggal 20-21 November 2017 di Hotel Prima.
Satu per satu peserta kegiatan masuk di meeting room di lantai 3. Bersama ketiga
teman saya dari PCMI Sulsel, kami duduk di kursi paling depan untuk bisa
menyimak materi dengan judul “Sinergitas Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) Untuk
Pemberdayaan Pemuda” yang dibawakan oleh Kak Apo dari Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat
(LAPAR). Kak Apo membawakan materi dengan penuh semangat disertai dengan contoh-contoh
nyata pengalaman yang membuat para audiens terkesima dengan materinya.
Selain penjelasan banyak tentang kerja-kerja
LSM, kak Apo juga memaparkan bahwa LSM itu seharusnya:
ada untuk publik/masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadiharus terkonsolidasi, tidak terpecah dalam kepentingan pragmatisfokus pada penguatan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, politik dan budayapro aktif melakukan kebijakan yang tidak pro publikterus memperkuat kapasitasnya
Selesai memaparkan presentasinya, dibukalah 2 sesi pertanyaan.
Meski awalnya, moderator hanya membatasi 1 sesi, tapi para audiens tetap
semangat dan meminta waktu lagi untuk bertanya, termasuk saya yang
mempertanyakan cara mempertahankan organisasi sehingga bisa belajar dari
organisasi seperti LAPAR yang sudah bertahan lebih dari 1 dekade. Kak Apo
menjawab dengan sederhana, tapi penuh penghayatan “untuk mempertahankan
organisasi, butuh kuatkan pada pendekatan agama. Selain itu menjaga idealisme
dan tidak serta merta menerima dana program. Wah betul juga yah kak Apo, apapun kalau pendekatan agama masing-masing
individu di organisasi itu kuat, penyatuan visi dan misi organisasi akan lebih
mudah adanya.
0 comments:
Post a Comment