“Nak, besok kita ke sentral beli
baju baru,” kata mama, beberapa hari menjelang lebaran.
“Baju obral nah ma, biar bisa
dapat 2 pasang.” Saya pun menyambung perkataan mama dengan sangat riang.
Kulihat adik pun tersenyum.
* * *
Percakapan di atas sering terjadi
beberapa tahun silam, khususnya mendekati hari lebaran. Hari lebaran yang kala itu bagi saya adalah
waktu khusus untuk bisa membeli baju baru. Yah waktu khusus, karena saya hanya
bisa beli baju baru sekali setahun, hari sebelum hari lebaran tiba. Baju baru
yang selalu diusahakan mama, bagaimana pun caranya. Asalkan halal.
Dulu -saya lupa tepatnya tahun
berapa- mama pernah menggadaikan mixernya untuk bisa membeli baju baru untuk
saya dan adik. Pernah pula, mama menggadaikan 3 pasang seprai. Entah barang apa
lagi yang pernah digadaikan oleh mama beberapa tahun silam. Tentu saja untuk
mendapatkan uang membeli baju baru untuk 2 anak kesayangannya.
Meski saya masih kecil, saya tahu
saat-saat seperti itu sangat sulit bagi mama. Saya dan adik bahagia mendapat
baju baru. Tapi, acapkali kami menangis sebelum benar-benar ke sentral untuk
menghabiskan uang yang didapat dari hasil gadaian, takut kalau mama akan
kesulitan “menebus” barang tersebut.
* * *
Percakapan tentang barang gadaian
dan baju baru itu tidak terdengar lagi. Setelah saya dan adik -2 anak
kesayangan mama yang semakin mendewasa- bisa memperoleh penghasilan. Meski
demikian, setiap mendekati hari lebaran, saya selalu ingat “susahnya” keluarga
kami beberapa tahun silam. Meski hanya sekadar untuk membeli baju obral di
kisaran 10 ribuan kala itu.
Kini, beberapa kali saya dan adik
mengajak mama untuk jalan bersama kami dengan maksud membeli baju baru untuk
mama, seperti yang dilakukan mama kala itu, beberapa kali pula mama menolak.
Mungkin mama berpikir bahwa kalau mama mengiyakan, mama akan mengurangi jumlah
uang untuk membeli baju baru anak-anaknya. Atau bisa jadi mama berpikir bahwa
mama bisa dengan mudah mendapatkan baju baru untuk dirinya karena mama adalah
seorang penjahit?
Apapun alasan mama menolak, yang
saya tahu itulah cara mama untuk terus mendapatkan baju baru untuk saya dan
adiknya, meski kini tidak lagi dengan menggadai barang. Itulah mama, yang
dengan tulusnya selalu ingin membahagiakan anak-anak kesayangannya.
01.06 wita, hari
ke 29 Ramadan 1437 H
mengusap pipi yang basah, lalu tersenyum melihat isi dalam lemari
* * *
Tulisan
ini diikutsertakan dalam tantangan #RamadanDay29 #SIGiMenulisRamadan
Baca
tulisan SIGiers Makassar yang lain
Amma : nurrahmahs.com
Kyu
: kyuuisme.wordpress.com
Jabbar
: begooottt.wordpress.com
Nunu
: nuralmarwah.com
Adry
: bukanamnesia.blogspot.com
Inov
: inanovita.blogspot.co.id
Indi
: indritriyani.wordpress.com
Ratih
: diratihlaenk.blospot.com
Anca
: rancaaspar.wordpress.com
Oshin
: uuswatunhasanah.tumblr.com
0 comments:
Post a Comment