sumber foto : kampung-media.com |
Indonesia
mau dibawa ke mana?
* * *
Opini di atas merupakan potongan catatan Gita
Savitri Devi (2017) dengan judul Generasi Tutorial dalam buku perdananya
Rentang Kisah. Tulisan menyindir ini menjadi gambaran sebagian generasi milenial saat ini. Berdasarkan definisi dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, generasi milenial adalah generasi yang
tidak dapat dilepaskan dari teknologi dan informasi terutama internet.
Generasi milenial memang berada di tengah pesatnya
perkembangan teknologi dan informasi termasuk merebaknya penggunaan gawai yang
begitu cepat. Sayangnya, kemajuan ini tidak membuat banyak orang, termasuk
generasi millenial menjadi lebih cerdas dan maju. Justru sebaliknya, kebanyakan
generasi milenial masih banyak yang seperti Gita tuliskan, sebagai generasi
tutorial, generasi yang harus diberikan ikan karena tidak tahu caranya
memancing. Apa jadinya jika 33 persen penduduk Indonesia yang merupakan dominansi
generasi milenial tapi hanya menjadi generasi tutorial yang tidak bijak?
Padahal di satu sisi, menurut Yoris Sebastian (2016)
dalam bukunya berjudul Generasi Langgas, generasi milenial bisa menjadi
generasi yang cepat, bukan generasi instan. Sehingga, meskipun semuanya cepat, tapi
tetap kuat dasar-dasarnya. Bukan asal cepat jadi terjebak sebagai generasi
instan.
Untuk menciptakan generasi milenial bukan sebagai
generasi instan, maka peran pendidikan dalam keluarga tentu harus dimaksimalkan.
Untuk memahami peran pendidikan tersebut, orangtua perlu memahami terminologi pendidikan
yang akan menjadi dasar pengaplikasian dalam mendidik anak-anak mereka.
Doni Koesoema (2007) dalam buku Pendidikan
Karakter memaparkan bahwa terminologi pendidikan mengacu pada dua pemahaman,
yaitu sebagai tindakan edukatif dan tindakan didaktis.
Tindakan
Edukatif
Tindakan edukatif mengacu pada sebuah intervensi
sengaja untuk mengarahkan sebuah proses menjadi secara penuh dalam diri
individu.
Sebagai sekolah pertama untuk anak-anak, orang tua
sebagai peran keluarga terpenting meleburkan diri secara utuh dalam mengarahkan
anak-anak memahami pengetahuan-pengetahuan dan hal-hal baru yang tidak
diketahui sebelumnya.
Contohnya saat ini, dimana gawai sudah merebak.
Anak-anak bisa mengakses informasi apapun hanya dengan googling. Maka, orangtua pun perlu meleburkan diri dengan
mempelajari cara mengakses internet. Sehingga, orangtua juga bisa mengetahui
perkembangan yang terjadi pada anak-anak. Pada akhirnya, orang tua harus melek
literasi digital sebagai bagian tindakan edukatif di era sekarang ini.
Tindakan
Didaktis
Tindakan didaktis mengacu pada proses pengajaran
dan objek-objek pembelajaran. Tindakan didaktis melibatkan dimensi intrinsik
dan hasil pembelajaran pada pembelajar. Oleh karena itu, orang tua diharapkan
mampu memahami dimensi intrinsik yang ada dalam diri anak, misalnya perbedaan
motivasi, hal-hal yang disukai, tingkat kenyamanan dan sebagainya dalam
menghasilkan hasil pembelajaran yang bermakna.
Tindakan didaktis ini
terjawantahkan dengan berbagai cara, misalnya membangun sikap hidup positif pada anak. Sebagai contoh yang ditulis oleh Muhammad Iqbal (2018) dari
laman sahabatkeluarga adalah
orangtua menunjukkan semangat hidup yang tinggi dan sikap antusias dalam hal
apapun di hadapan anak meskipun saat itu sedang berada di bawah tekanan. Hal
ini akan membuat anak berpikir bahwa apapun yang terjadi kita harus tetap
antusias.
*
* *
Di era yang serba
cepat ini, anak-anak mempunyai banyak pilihan dan kesempatan yang mengantar
pada hasil yang baik atau buruk. Orangtua tentu memiliki peran penting untuk
mengarahkan anak sedini mungkin melalui pemahaman terminologi tindakan edukatif
dan didaktis dalam pendidikan keluarga. Sehingga pada akhirnya, semakin banyak
anak khususnya generasi milenial yang menjadi generasi emas Indonesia.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Pendidikan Keluarga #sahabatkeluarga.
0 comments:
Post a Comment