Tuesday, June 25, 2024

Kisah Segerombolan Orang Muda di Desa Kami (Bagian 1 dari 4)

 

“Izin pakai kamar mandi, Bu?” kata seorang laki-laki muda yang tiba-tiba muncul dari belakang kebun kami.

Saya sudah menduga, ini pasti gerombolan beberapa orang muda yang kemarin datang di desa kami ini. Saya langsung menjawab “silakan!”

Tak lama kemudian, datang lagi dua orang lelaki muda. Satunya berambut lurus, satunya lagi berambut keriting.

“Mau pakai kamar mandi yah?

“Iya, Bu!” Lelaki berambut keriting menjawab.

“Yang satu itu ada kawan kamu, yang satunya kosong. Tapi, kamu harus angkat air karena lampu mati!” Ambil saja di tong biru itu!” Kataku sambil menunjuk wadah besar air yang ada tepat depan kamar mandi.

Si orang muda berambut lurus berbaju putih duduk sambil menunggu. Sebagai seseorang yang kamar mandinya sedang dipinjam, saya bermaksud menyapanya. “Kegiatan apa?”

“Ekspedisi tentang Jurnalistik Lingkungan Bu?” Jawabnya singkat.

“Anggota Mapala juga?” tanyaku

“Bukan Bu, hanya simpatisan!”

Aku mengangguk lalu kembali bertanya “Agenda hari ini apa?”

“Mandi-mandi!”

Dalam pikiranku berusaha menyambungkan tema kegiatan dengan agenda yang dimaksud si orang muda berambut lurus ini, namun kemudian karena aku berpikir dia adalah seorang simpatisan, maka aku cukup mengerti. Pertanyaan pun kuganti ke beberapa pertanyaan tentang kuliah dan jurusannya, hingga kemudian dia mendapatkan giliran untuk menggunakan kamar mandi yang ada di kebun kami.

* * *

Setelah orang itu berlalu, aku dan suami lalu terlibat percakapan tentang partisipan yang biasa ikut serta di kegiatan mapala kami masing-masing. Fyi, kami ini dipertemukan karena kegiatan mapala, yaitu TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) ke XXII di Pontianak. Bahkan setelah menikah, kehidupan kami tetaplah “ala mapala”. Jadi, kalau kami menemukan beberapa mapala yang kami temui di perjalanan kehidupan kami saat ini, banyak hal yang kami diskusikan.

Salah satunya tentang simpatisan ini. Yah iya sih simpatisan, tapi masak agenda utama kegiatan tidaklah kamu ketahui??? Terus, kok mapalanya bisa dengan mudahnya membawa partisipan untuk kegiatan penting bertajuk Jurnalistik Lingkungan seperti ini? Ak=

 

Masih ada beberapa bagian dari tulisan ini, dibaca sampai akhirnya. Sungguh, ini hanya sekadar curhatan, karena begitu cintanya saya dengan mapala, yang dari organisasi mapala saya tumbuh dan banyak belajar tentang advokasi lingkungan, yang hingga saat ini saya terapkan bersama keluarga kecil saya.

                        


 

1 comment:

  1. Wah, ternyata pertemuan pertama sampai menikah pada saat jadi Mapala yaa...
    Keren !
    Sevisi semisi yaaa....

    ReplyDelete