Jika di bagian pertama, kalian membaca tentang
beberapa laki-laki, bagian kedua ini, aku akan bercerita tentang 2 orang
perempuan muda, yang datang setelah hajat tiga lelaki muda sebelumnya selesai.
Kudapati salah satu sedang di luar kamar mandi.
“Sudah yah?” tanyaku menyapa.
“Iya Bu, nunggu kawan satu lagi di dalam!” Ucap
perempuan tersebut dengan cukup ramah. Kami pun berkenalan. Dia juga menyebut
asalnya yang berasal dari luar provinsi Aceh.
“Kamu anggota mapala yang berkegiatan ini?”
“Bukan Bu, saya hanya simpatisan! Yang di dalam
yang anggota!”
Aku membatin “sudah 5 dari 7 orang kutemui, 2
orang ternyata simpatisan. Lalu, yang berkegiatan siapa?” Ah, sudahlah, toh
kegiatan mereka.
Tak lama, keluarlah seorang perempuan muda dari
kamar mandi dengan mengenakan pakaian tidur.
“Tidak ganti baju Kak?” tanya perempuan muda yang
kuajak ngobrol tadi.
“Nanti saja!”
Setelah itu, kuminta dia menimba air di sumur, berhubung karena mati lampu, jadi agar ada persediaan air untuk kawan selanjutnya. Kedua perempuan muda ini pun melakukannya. Toh, untuk kebutuhan mereka.
* * *
Highligt dari ceritaku ini sebenarnya pada
pakaian tidur yang tidak ingin kuceritakan lebih detail. Namun, untuk di desa
kami, pakaian yang dikenakan orang mud aini kurang pantas. Atau jika tidak,
bisa ditutupi dengan pakai jilbab jika dia muslim, jika tidak, bisa dengan
pakaian yang lebih pantas.
Desa kami ini terbiasa dengan pakaian yang
tertutup. Dan yang saya pahami anggota mapala itu sebelum ke lokasi kegiatan,
mempunyai Gambaran seperti apa desa yang ditujunya. Jika tidak, maka akan jadi
gunjingan masyarakat desa.
Akhirnya, muncul omongan dari seorang warga
tentang perempuan muda tadi “barusan ada orang ke kebun, yang tidak pantas
pakaiannya. Pasti itu bukan orang Bu Ammy!
0 comments:
Post a Comment