Tuesday, June 25, 2024

Kisah Segerombolan Orang Muda di Desa Kami (Bagian 3 dari 4)

 


Sebelum pulang ke lokasi kamp dua perempuan muda tersebut, aku berkata “nanti minta tolong para anggota laki-laki datang aja ke sini untuk angkut air, biar nanti kalian mudah pakai air!

 

Tak lama kemudian, salah satu dari mereka datang. Dia berniat mengangku air dari sumur. Saat itu, aku dan suami sedang menyeruput kopi yang sudah kami buat.

Suamiku berkata “kalian masih nginap di belakang?”

“Tidak lagi Bang. Kami sedang packing mau ke desa lain!”

“Oh, kalau begitu tidak usah menimba lagi. Sini aja duduk, kita ngopi!”

Aku pun mengambil sebuah gelas kosong. Suamiku membagi dua kopi hitamnya, lalu menyodorkan gelas kepada mahasiswa anggota mapala tersebut.

Kami lalu bercerita banyak. Apalagi suamiku memang mengenal banyak senior dari anggota mapala tersebut. Dulu pun, suamiku yang sudah menjadi anggota mapala di kampusnya sejak 2006 sering berkunjung ke mapala orang muda yang kami sedang ajak mengobrol ini.

“Kalian tidak ada koordinasi! Padahal di zaman sekarang, sangat mudah menemukan kontak. Mudah saja sebenarnya kami mengizinkan kalian di kebun ini tinggal, tapi kebun ini juga punya aturan dan secara organisasi tentunya perlu etika organisasi, tidak ujug-ujug datang!” Begitulah kata-kataku padanya.

“Terus, kalau kalian hanya 1 malam di sini, apa yang kalian mau lihat, apalagi kalau kegiatan kalian judulnya Jurnalistik Lingkungan, kecuali kalian hanya main-main!” Begitulah suamiku. Kontennya bermaksud menanamkan pada Gen Z ini tentang pola berkegiatan.

Sebenarnya, masih banyak yang ingin kucurhatkan, tapi akan kututup kisah ini di bagian keempat. Semoga menjadi catatan pengingat bagaimana seorang mapala itu!

0 comments:

Post a Comment