Tentang seorang sahabat yang mencintai aktivitas diving.
Nowen, penyelam yang tak sekadar menyelam (Doc.: Nowen) |
“Salah satu pengalaman luar biasa
yang saya dapatkan selama menyelam adalah mengikuti upacara bawah laut 17
Agustus 2015 bersama Gubernur Maluku di Tapal Kuda, Teluk Ambon bagian luar,”
tutur Nowen, seorang sahabat
yang mencintai aktivitas diving.
Saya ingat dia selalu sumringah menceritakan aktivitas diving yang
hampir setiap akhir pekan dilakukan bersama teman-teman di Pattimura Diving
Society (Padis). Padis merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Pattimura yang mengakomodir
minat dan bakat mahasiswa dalam bidang pelestarian bahari.
Gaya bicaranya yang penuh dengan semangat mampu
membawa saya berpetualangan menuju kedalaman laut, menyelami potensi pariwisata bahari mulai dari daerah kawasan
Indonesia barat hingga timur. Dari Aceh hingga Papua. Semuanya indah. Dari ceritanyalah, saya
mengetahui bahwa berada di dasar laut seolah berada di dunia lain yang
menawarkan berbagai keseruan. Keseruan bermain bersama hiu, menikmati
pemandangan terumbu karang, melihat tiger shrimp dan nudibranch.
“Dengan menyelam, saya bisa melihat betapa luar biasa
karya Tuhan sehingga tak ada alasan untuk tak bersyukur. Selain itu saya bisa
bercengkrama dengan masyarakat pesisir yang begitu bersahaja dalam
kesederhanaan,” sambungnya dengan penuh semangat. Itulah Nowen, penyelam
yang tak hanya sekadar menyelam. Dia melakukan aktivitas diving bukan
hanya sekadar bersenang-senang, tetapi juga memahamkan dirinya tentang potensi pariwisata bahari di Indonesia.
keindahan bawah laut Bumi Seribu Pulau (Doc: Nowen) |
save our coral (Doc. : Nowen) |
2 bocah menikmati keindahan pantai Iboy di Sabang (Doc. : pribadi) |
* * *
Nowen tak sendiri. Saya yakin banyak pemuda sepertinya yang peduli pada
potensi bahari sebagai wujud kontribusi pada bangsa ini.
Keyakinan itu terbukti. Saya bertemu 525 pemuda dari 23 provinsi di
Indonesia, berdasarkan data dari tribunmakassar.com, seperti Nowen yang
mencintai bahari. Saya bertemu mereka saat mengikuti Pelayaran Nusantara (Pelantara)
III dengan rute pelayaran Jakarta-Surabaya-Makassar-Balikpapan-Batu Berau-Kwandang-Gorontalo-Balikpapan-Makassar-Surabaya-Jakarta. Selama berlayar
mereka melakukan berbagai diskusi tentang potensi bahari di pelbagai provinsi
di Indonesia. Selain diskusi, beberapa kali mereka juga mengadakan snorkling, diving dan penanaman pohon
untuk mencegah abrasi laut di Makassar. Itulah mereka, para pemuda yang
“menguasai lautan.” Penguasaan ini akan membuat negara kita besar dan kuat,
seperti Bung Karno pernah katakan.
Bahwa tradisi kuno kita
ialah, agar kita menguasai lautan, bahwa negara kita hanya bisa menjadi besar
dan kuat jikalau ada persatuan perhubungan penguasaan yang mutlak atas lautan,
(Bung Karno, 16 Januari 1961 dalam Taum: 2013)
Penguasaan akan laut dan
segala potensi didalamnya sebaiknya diperhatikan secara maksimal. Untuk itu
tentu dibutuhkan pemahaman konsep kebaharian.
Yoseph Yapi Taum dalam makalahnya berjudul Berbagai Mitos tentang Laut: Mengungkap Konsep Bahari Bangsa Indonesia (2013) mengemukakan bahwa jika kita cermati berbagai mitos dan cerita rakyat tentang laut, kita dapat menyimpulkan secara tegas bahwa bangsa Indonesia memang bangsa bahari. Pelbagai cerita rakyat di kawasan Indonesia timur bahkan menunjukkan bahwa laut adalah pemberi kehidupan yang paling utama (suku Bajao, suku Lamalera, dan suku Sasak). Semasa jayanya Kerajaan Majapahit, Nusantara merupakan sebuah kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi.
Yoseph Yapi Taum dalam makalahnya berjudul Berbagai Mitos tentang Laut: Mengungkap Konsep Bahari Bangsa Indonesia (2013) mengemukakan bahwa jika kita cermati berbagai mitos dan cerita rakyat tentang laut, kita dapat menyimpulkan secara tegas bahwa bangsa Indonesia memang bangsa bahari. Pelbagai cerita rakyat di kawasan Indonesia timur bahkan menunjukkan bahwa laut adalah pemberi kehidupan yang paling utama (suku Bajao, suku Lamalera, dan suku Sasak). Semasa jayanya Kerajaan Majapahit, Nusantara merupakan sebuah kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi.
Kekayaan bangsa Indonesia
sebagai bangsa bahari pun dikemukakan oleh Prof. Dr. Yusni Ikhwan Siregar dalam
makalahnya yang berjudul Menggali Potensi Sumber Daya Laut Indonesia. Siregar
(2015) mengemukakan bahwa potensi kelautan Indonesia diperkirakan 1,2 triliun
USD, yang dapat menyerap 40 juta tenaga kerja. Dari potensi tak tereksploitasi
(sleeping potency), kontribusi
seluruh sektor kelautan (11 sektor) terhadap PDB Indonesia terhitung 20%.
Potensi dan kekayaan laut tersebut meliputi potensi produk langsung seperti
perikanan dan produk tak langsung seperti pariwisata bahari yang mampu menghasilkan
US$ 2.000.000.000/th (Depbudpar:2000 dalam Siregar :2015)
* * *
Pemanfaatan potensi bahari tak akan terlepas dari peran para penyelam yang tak sekadar menyelam seperti Nowen. Nowen yang mencintai aktivitas diving dan selalu semangat menceritakan keindahan bahari khususnya bawah laut yang ditemuinya Seperti
kemarin (21/4), dia kembali bercerita tentang potensi bahari di Seram Bagian
Timur dan Papua.
“Kenapa kamu suka bercerita
tentang laut?” saya pun menanyainya kemarin sore.
“Harapan saya selalu
bercerita sederhana. Semoga semakin banyak orang yang menyadari potensi
kekayaan laut Indonesia dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke yang merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di
dunia.¹
* * *
¹Prof. Dr. Yusni Ikhwan Siregar mendefinisikan Marine Mega-Biodiversity sebagai kekayaan laut Indonesia yang
memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species yang
berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang .
0 comments:
Post a Comment