Siang tadi saat mengurusi
sebuah berkas di Menari Pinisi UNM, saya terkesima mendengar gerutu seorang ibu
berkata “tidak kenal budaya antri.” Ibu itu sedikit kesal meski terlihat sabar
melihat beberapa orang langsung menyerobot masuk ke dalam lift padahal setahu saya,ibu itu sudah berdiri terlebih dahulu
menunggu lift di basement.
Kejadian tidak antri ini
terjadi lagi waktu saya berada di Masjid Al-Markaz Al-Islami. Saat saya
mengantri depan toilet, tiba-tiba seorang perempuan bermaksud masuk saat pintu
toilet terbuka. Serta merta saya pun berkata “maaf, saya duluan.” Saya pun
masuk dengan tersenyum. Sedikit harapan, semoga perempuan tadi belajar tentang
antri.
*
* *
Dua contoh diatas merupakan
gambaran kecil tentang kesadaran antri, sebuah kesadaran penting yang kadang
tidak dihiraukan. Padahal jika kesadaran antri ini jika dilakukan terus-menerus
akan menjadi kebiasaan, hingga berujung pada mentalitas.
Mentalitas orang-orang yang
bisa antri dimaknai sebagai orang-orang yang mampu menghargai hak orang lain,
menerapkan kedisiplinan dan pengaturan serta menunjukkan kesabaran.
Karena pentingnya kesadaran
antri, sebaiknya kesadaran ini dimulai dari hal-hal kecil, misalnya seperti
contoh di atas; sebelum naik lift perhatikan
apa ada orang lain sebelum kita yang sudah menunggu duluan atau berani menegur
jika merasa kamu duluan dan orang lain mengambil tempatmu. Kesadaran kecil yang
dilaksanakan dengan penuh komitmen akan
berujung pada mentalitas untuk menghargai hak orang lain.
So, mau
tahu salah satu cara menghargai hak
orang lain? antri dong!
Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan #RamadanDay11
#SIGiMenulisRamadan
Baca tulisan SIGiers Makassar yang lain
Jabbar : begooottt.wordpress.com
Nunu : nuralmarwah.com
Adry : bukanamnesia.blogspot.com
Amma : nurrahmahs.wordpress.com
Kyu : kyuuisme.wordpress.com
Inov : inanovita.blogspot.co.id
Indi : indritriyani.wordpress.com
Ratih : burningandloveable.blogspot.com
Anca : rancaaspar.wordpress.com
Oshin : uuswatunhasanah.tumblr.com
0 comments:
Post a Comment