“Saya saja yang jadi soundman, kalau tidak ada yang mau!”
Kata-kata itu keluar
dari WU, seorang teman yang terpilih mewakili provinsi kami untuk sebuah
program kepemudaan yang bergensi. Kata-kata itu keluar saat WU melakukan meeting online dengan para perwakilan
provinsi lainnya. WU sempat heran, untuk beberapa posisi yang notebenenya akan
tampil di depan banyak orang, semua sibuk mengajukan diri. Ketika tiba pemilihan
posisi soundman yang notabenenya
hanya akan bergelut dibelakang layar, tidak ada seorang pun yang mau. Pada
akhirnya si WU dengan berbagai bakat mumpuni dalam banyak hal itu yang mengajukan dirinya.
Setelah WU bercerita
tentang meeting online tersebut, saya
pun berkesimpulan bahwa posisi soundman itu
dipilih WU bukan sekadar mengalah kepada teman-temannya yang selalu ingin “sok
eksis,” tapi WU sadar tentang peran besar soundman
yang menjadi bagian penting kesuksesan sebuah pementasan besar.
* * *
Ada lagi cerita lain
dari AR, seorang teman dengan berbagai prestasi bergengsi. Tahun lalu, dia
diamanahi sebagai seorang soundman pada
sebuah kegiatan bertaraf internasional.
Kemampuan AR untuk
berada di atas panggung dan dilihat oleh ratusan bahkan jutaan pasang mata
tidak diragukan lagi. Sehingga menurut saya, posisi soundman untuknya kurang sesuai. Sayangnya, teman-teman yang
mengamanahinya itu tidak mengetahui prestasi-prestasi AR. Itu karena sifat AR
yang humble dan tidak ingin
memperlihatkan berbagai prestasinya secara gamblang.
Pada akhirnya AR pun
menjalankan amanah tersebut dengan baik dilengkapi dengan opening yang memukau darinya. Pementasan bertaraf internasional itu
pun berlangsung dengan sukses.
* * *
Dari cerita WU dan AR,
saya pun semakin belajar untuk bisa lebih memahami peran besar orang-orang yang
ada di belakang layar. Soundman misalnya,
perannya dalam mengatur sebuah pementasan
tidak bisa dipandang remeh. Bagaimana mungkin pementasan tersebut akan sukses tanpa seseorang
yang mengatur mixer, equalizer, power atau
speaker dan menciptakan suara-suara
yang mengalun indah? Meski terkadang kita hanya memberi apresiasi pada
orang-orang yang tampil dan terlihat oleh mata kita, hingga melupakan
orang-orang yang dibelakang layar tersebut. Seperti soundman yang memiliki peran besar tapi kadang terlupakan.
Semoga kita bisa
sama-sama terus belajar untuk menghargai orang-orang yang peran besarnya kadang
(bahkan sering) kita lupakan.
Tulisan ini
diikutsertakan dalam tantangan #RamadhanDay7 #SIGiMenulisRamadhan
Baca tulisan SIGiers
Makassar yang lain
Jabbar :
begooottt.wordpress.com
Nunu : nuralmarwah.com
Adry :
bukanamnesia.blogspot.com
Amma : nurrahmahs.wordpress.com
Kyu
: kyuuisme.wordpress.com
Inov
: inanovita.blogspot.co.id
Indi
: indritriyani.wordpress.com
Ratih
: burningandloveable.blogspot.com
Anca
: rancaaspar.wordpress.com
Oshin
: uuswatunhasanah.tumblr.com
0 comments:
Post a Comment