Hari kedua kami di Desa Lapeng dimulai dengan keheningan yang menenangkan. Matahari belum sepenuhnya bangkit, tetapi langit sudah mulai memancarkan cahaya keemasan yang perlahan menyapu kegelapan. Suara jangkrik malam mulai digantikan oleh kicauan burung-burung kecil yang bersahutan dari balik pepohonan. Di tengah Kebun Impian ini, udara terasa begitu segar, seolah setiap tarikan napas membersihkan jiwa.
Kami—saya, suami saya Bang Romi, serta dua anak kami, Salam dan Lubna—bersama tim hRumah Relawan Remaja lainnya, yaitu Uma, Abu, Yanah, Maulidin, dan Afdhal, memulai hari dengan aktivitas mandiri. Seperti biasa, Ramadan mengajarkan kami untuk mengisi waktu dengan hal-hal yang bermakna. Beberapa dari kami memilih untuk mengaji, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang menenangkan hati. Yang lain asyik membaca buku, menikmati setiap kata sambil sesekali menengok ke luar jendela, di mana alam seakan tersenyum menyambut kami.
Kebun Impian dan Keindahan yang Dijaga
Desa Lapeng bukan sekadar desa biasa. Di sini, alam seolah dirawat dengan penuh cinta. Pepohonan rindang, hamparan sawah yang hijau, dan udara bersih yang jarang ditemui di kota. Kami tinggal di sebuah kebun kecil tempat tim Rumah Relawan Remaja belajar tentang pertanian organik.
Setiap pagi, kami disambut oleh aroma tanah yang baru disirami embun, dicampur dengan wangi bunga-bunga liar yang bermekaran.
Saya duduk di "Rumoh shelter", menyelesaikan halaman demi halaman Al-Qur'an yang sedang kubaca.
Aktivitas membaca tersebut nampak hingga siang hari. Menjelang sore, kami pun berkumpul di area dapur, menyaksikan 2 orang relawan piket masak hari itu. Suasana dapur riuh rendah dengan
obrolan dan tawa. Kadang-kadang, obrolan tentang menu yang sedang dimasak jadi tema utama yang membuat tertawa.
Menu buka puasa di Ramadan ke-20 ini sederhana tetapi terasa begitu istimewa karena dimasak bersama. Kami duduk melingkar di area makan depan dapur sambil berbagi cerita.
Setelah masakan selesai, sebelum berbuka puasa, ada yang memutuskan untuk berjalan-jalan ke bagian belakang Kebun Impian untuk mencari kerang. Meski akhirnya pulang dengan tangan kosong, semuanya nampak senang petang itu.
Refleksi di Hari Ke-20 Ramadan
Saat saya mencabut rumput di kebun, saya merenungkan hari ini. Betapa beruntungnya kami bisa merasakan kedamaian seperti ini. Di hari ke-20 Ramadan ini, bukan hanya lapar dan dahaga yang kami rasakan, tetapi juga kebersamaan, kesederhanaan, dan keindahan alam yang Allah berikan.
Tim Rumah Relawan Remaja ini bukan hanya sekadar teman, tapi sudah seperti keluarga. Setiap orang membawa cerita, tawa, dan pelajaran sendiri.
Saya kembali tersenyum. Betapa indahnya hidup ketika kita bisa berbagi, belajar, dan mencintai alam bersama orang-orang terkasih.
Pulo Aceh, 20 Ramadan 1446 Hijriah