Hari ini, aku duduk pustaka,
memandangi tumpukan buku-buku yang ada. Teringat perjalanan bulan lalu, perjalanan tim relawan membersamai anak-anak di Pustaka Kampung Impian di Desa Lapeng (Pulo Aceh) dan Desa Bah (Aceh Tengah) . Buku-buku menjadi pemantik di setiap kegiatan kami di pustaka. Buku-buku itu, yang seharusnya menjadi jendela dunia bagi anak-anak di
sana, terasa begitu berat. Bukan karena jumlahnya, tapi karena beban yang kami
bawa bersama: kekecewaan. Kekecewaan pada sistem yang seharusnya melindungi
mereka, tapi justru meninggalkan mereka dalam kegelapan.
Kami dari Pustaka
Kampung Impian telah berjalan dari desa ke desa, menyusuri jalan-jalan
berlubang, melewati sungai yang tercemar, dan menyapa anak-anak yang matanya
masih bersinar meski hidup dalam keterbatasan. Mereka punya mimpi, punya
harapan, tapi semua itu seperti terhalang oleh tembok tinggi bernama ketidakadilan.
Korupsi. Satu kata yang begitu sering kita dengar, tapi dampaknya begitu nyata. Setiap rupiah yang dikorupsi adalah satu buku yang tidak sampai ke tangan anak-anak. Setiap proyek yang dikorupsi adalah satu sekolah yang tidak berdiri, satu jembatan yang tidak terbuat, satu masa depan yang hancur sebelum sempat dimulai. Ditambah lagi pemberitaan akhir-akhir ini, bikin sedih, uang rakyat dikorupsi kuadraliun oleh pemangku kebijakan yang serakah.
Aku membayangkan,
seandainya pemerintah benar-benar bekerja untuk rakyat, tidak ada lagi
anak-anak yang harus berjalan puluhan kilometer hanya untuk sekolah. Tidak ada
lagi guru yang mengajar tanpa gaji layak. Tidak ada lagi desa-desa yang
terpencil, tanpa akses ke buku-buku berkualitas. Tapi nyatanya, kami masih
harus berjuang sendiri, mengumpulkan donasi, dan membawa buku-buku itu dengan
tangan kami sendiri.
Korupsi juga
merusak lingkungan. Limbah yang tidak dikelola dengan baik, sungai yang
tercemar, dan udara yang kotor adalah bukti nyata bahwa uang rakyat tidak
digunakan sebagaimana mestinya. Seandainya korupsi tidak merajalela, pengolahan
limbah pasti jadi prioritas. Negeri ini akan bersih, tidak hanya di kota-kota
besar, tapi juga di kampung-kampung yang sering terlupakan.
Tapi kami tidak
menyerah. Meski berat, kami terus berjalan. Karena setiap kali kami melihat
senyum anak-anak yang bahagia mendapatkan buku baru, kami yakin bahwa perubahan
itu mungkin. Kami yakin bahwa suatu hari nanti, korupsi akan berakhir. Suatu
hari nanti, negeri ini akan dipimpin oleh orang-orang yang benar-benar
mencintai rakyatnya.
Sampai saat itu
tiba, kami akan terus berjuang. Karena setiap buku yang kami bawa adalah satu
langkah kecil menuju masa depan yang lebih cerah. Dan kami percaya, meski
kecil, langkah ini berarti.
0 comments:
Post a Comment