Februari
yang cerah itu masih membekas di hati saya. Saat itu, saya bersama beberapa
relawan dari Korea Selatan dan teman-teman Relawan Remaja berkumpul di Kebun
Impian Lapeng, Pulo Aceh. Tempat ini seperti surga kecil yang tersembunyi, jauh
dari keramaian kota. Kebun organik yang tidak terlalu luas, udara segar, dan
pemandangan alam yang memukau membuat kami semua merasa damai dan bahagia.
Hari itu, kami bangun pagi-pagi sekali.
Matahari baru saja terbit, menyinari hamparan kebun yang hijau. Kami langsung
bersemangat untuk memulai hari dengan memanen sayuran organik. Ada bayam,
kangkung, tomat, dan cabai yang siap dipetik. Rasanya menyenangkan sekali bisa
memetik sayuran langsung dari kebun, mengetahui bahwa ini semua tumbuh alami
tanpa bahan kimia.
Setelah panen, kami secara bergiliran
mengolah hasil kebun menjadi makanan lezat. mengolah sayuran menjadi gulai dan
tumisan khas Aceh. Suasana dapur penuh tawa dan cerita, baunya harum sekali!
Makan bersama adalah momen yang paling
berkesan. Kami duduk bersama di bawah pohon depan daput, menikmati makanan yang
kami masak bersama. Rasanya begitu nikmat, mungkin karena semua terbuat dari
bahan-bahan segar dan penuh cinta. Kami bercerita, tertawa, dan berbagi cerita
tentang kehidupan masing-masing. Meskipun berasal dari negara yang berbeda,
kami merasa seperti satu keluarga besar.
Selain memasak, kami juga menjelajahi kebun
dan belajar tentang pertanian organik. Saya takjub melihat bagaimana semua
tanaman tumbuh subur tanpa pupuk kimia. Kami melihat bagaimana tanaman tumbuh
dengan baik, meski ada yang terus diserang hama tapi kami sebagai tim Rumah
Relawan Remaja terus mencari cara mengatasinya. Semua ini membuat saya semakin
menghargai alam dan pentingnya menjaga lingkungan.
Malam hari, kami berkumpul membuat sesi
evaluasi untuk kegiatan kami pada hari itu. Langit di Pulo Aceh begitu jernih,
bintang-bintang bersinar terang. Kami berbagi cerita, dan merenungkan betapa
beruntungnya kami bisa merasakan kebahagiaan sederhana seperti ini. Kebersamaan
di tengah alam, jauh dari gadget dan kesibukan kota, benar-benar menyegarkan
jiwa.
Hingga saat ini, kenangan indah itu masih
terukir di hati saya. Kebun Impian Lapeng bukan hanya tempat, tapi juga simbol
kebahagiaan, persahabatan, dan harmoni dengan alam.
Terima kasih, Kebun Impian Lapeng, terima
kasih, teman-teman relawan, dan terima kasih, alam, atas kebahagiaan yang tak
terlupakan ini.
Semoga cerita ini bisa menginspirasi dan
membawa kenangan indah bagi yang membacanya! 😊
Peukan Bada, 11 Ramadan 1446 Hijriah
0 comments:
Post a Comment