Sudah sembilan tahun Rumah Relawan Remaja berkegiatan di Desa Lapeng, tapi setiap kali kembali, rasanya seperti pertama kali. Kali ini, kami datang dengan kerinduan yang lebih besar: ingin merasakan lagi heningnya Ramadan di desa ini—saat waktu terasa lambat.
Kapal nelayan yang membawa kami hari itu
masih sama, tapi cerita dibaliknya selalu baru. Kali ini, momen berpuasa
ditemani semilir angin sepanjang perjalanan, membuat mata menolak untuk tidur.
Hingga , tiada terasa perjalanan lebih dari 2 jam begitu saja berlalu.
Ketika mata terbuka, tampaklah deretan kapal kecil bersandar di pelabuhan. Orang-orang berkumpul di depan kami, menunggu kapal yang kami tumpangi ini berhenti. Ada yang menjemput sanak keluarga, ada juga yang menunggu barang kiriman dari kota Banda Aceh.
Setelah tiba di Pelabuhan Gugop, perjalanan kami lanjutkan menggunakan motor yang kami bawa dari Rumah Relawan Remaja. Total, ada 3 motor.
Sekitar 20 menit, dari Gugop ke Lapeng. Setelah memasuki gerbang Lapeng, tidak lama kemudian di depan masjid, berdiri beberapa anak yang kemudian memanggil namaku “Kak Ammy”, kujawab dengan lambaian tangan, karena motor memang tak biasanya berhenti. Lambaian tanganku pun berarti sapaan balik dan menandakan kedatanganku kembali ke desa ini. Besok, akan saya ceritakan lagi pengalamaan Ramadan di sini.
Intinya, menjelang petang, kami tiba dengan
disambut pemandangan hijau dari Kebun Impian desa Lapeng. Hening, namun
menenangkan!
Pulo Aceh, 19 Ramadan 1446
Hijriah
0 comments:
Post a Comment