Thursday, March 6, 2025

Merawat Bumi, Satu Lipatan demi Lipatan

 


Malam ini, seperti biasa, saya melipat pakaian suami saya. Baju-baju yang sudah luntur warnanya, yang sudah setia menemani hari-harinya selama bertahun-tahun. Entah sudah berapa musim berlalu, baju-baju itu tetap menjadi bagian dari hidup kami. Kami tidak membeli baju baru, entah sudah berapa lama, kecuali jika ada yang diberikan sebagai hadiah atau dari komunitas yang kami ikuti. Prinsip ini kami pegang teguh: slow fashion, bukan sekadar gaya hidup, tapi komitmen untuk bumi yang lebih baik.

 

Fast fashion, industri yang menghasilkan pakaian dengan cepat dan murah, telah menjadi salah satu penyumbang terbesar kerusakan lingkungan. Menurut data dari United Nations Environment Programme (UNEP), industri fashion menghasilkan sekitar 10% dari emisi karbon global dan mengonsumsi lebih banyak energi daripada penerbangan dan pengiriman internasional digabungkan. Belum lagi limbah tekstil yang menumpuk di tempat pembuangan akhir, yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai.

Kami memilih untuk tidak menjadi bagian dari lingkaran itu. Setiap baju yang kami miliki punya cerita. Ada yang hadir sebagai hadiah ulang tahun, ada yang dari acara komunitas, dan ada yang sudah menemani kami sejak awal pernikahan. Meski warnanya sudah luntur dan bentuknya tak lagi sempurna, bagi kami, mereka tetap berharga. Setiap lipatan yang saya buat adalah bentuk cinta—cinta pada suami saya, dan cinta pada bumi yang telah memberikan kami begitu banyak.

 

Mungkin bagi sebagian orang, ini terlihat sederhana. Tapi bayangkan jika setiap keluarga memilih untuk mengurangi pembelian baju baru, berapa banyak limbah yang bisa kita kurangi? Berapa banyak emisi karbon yang bisa kita cegah? Slow fashion bukan tentang tidak memiliki gaya, tapi tentang memiliki gaya yang bertanggung jawab.

 

Saya percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Dan hari ini, langkah kecil itu dimulai dari lipatan baju suami saya yang sudah luntur. Saya bangga menjadi bagian dari gerakan ini, dan saya berharap, suatu hari nanti, anak-anak kami akan tumbuh dengan pemahaman yang sama: bahwa merawat bumi adalah tanggung jawab kita semua.

 

Peukan Bada, 6 Ramadan 1446 H

0 comments:

Post a Comment