Thursday, January 4, 2018

Tanggal 1 Januari Dan Berbagai Pelajaran Dari Ibu

Tahun lalu, tepatnya 1 Januari 2017. Kejutan kecil berupa kue ulang tahun saya dan adik bawakan untuk ibu. Perayaan kecil untuk merefleksi usia ibu yang semakin menua. Kami berdoa lalu tersenyum. Ibu pun mengucapkan berbagai harapan, salah satunya agar kedua anaknya menikah dengan pasangan yang dicintainya. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian di tahun yang sama, doa ibu terkabul.

kejutan kecil untuk Ibu tahun lalu 

Setahun berlalu. Beberapa hari lalu tepatnya 1 Januari 2018, saya meminta adik di Makassar untuk menyiapkan kue ulang tahun. Saya hanya bisa mengucap selamat ulang tahun melalui telepon, tanpa bisa bertemu langsung.
* * *
Meski masih di Indonesia, jarak Makassar ke Aceh harus ditempuh selama berjam-jam. Dimulai dari penerbangan Makassar menuju Jakarta yang ditempuh selama 2 jam 20 menit, dilanjutkan dari Jakarta menuju Medan yang ditempuh selama 2 jam 20 menit lalu dilanjutkan dari  Medan menuju Aceh selama 1 jam 10 menit. Jalur lain yang biasa saya tempuh adalah penerbangan dari Makassar menuju Kuala Lumpur dengan waktu tempuh 3 jam, lalu transit semalam. Keesokan paginya penerbangan bisa dilanjutkan dari Kuala Lumpur ke Aceh dengan jarak tempuh 1 jam.


Dari Aceh yang damai ini, saya mengingat Makassar yang penuh rekaman perjuangan dan pelajaran dari ibu, pejuang keluarga yang membesarkan kedua anaknya dengan penuh cinta. Cinta yang lahir dari sebuah kekuatan, membuat saya pun menjadi pribadi yang kuat. Semua karena ibu!

Terekam jelas saat saya duduk di bangku SD, setiap akan lebaran, ibu memastikan saya dan adik punya baju baru. Meskipun hanya baju obral seharga 10.000. Baju baru dengan harga murah itu tentu saja membuat saya dan adik sangat bahagia, tanpa perlu tahu betapa susahnya ibu membahagiakan kami. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun tahu bahwa untuk membahagiakan orang lain, kita hanya perlu membuktikan, tanpa harus mengatakan perbuatan baik itu.

Teringat sempurna saat saya duduk di bangku SMP dan SMA, ibu yang telah berjuang menghadapi berbagai tantangan untuk menghidupi dan menyekolahkan saya dan adik. Di saat orang-orang masih terlelap dalam mimpi indahnya, ibu terbangun melanjutkan pesanan jahitannya yang merupakan sumber penghasilan utama keluarga kami. Saat pesanan jahitan sepi, ibu membuat kue untuk dijual di tetangga-tetangga kami. Tentu saja, untuk menghidupi dan menyekolahkan kedua anaknya. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun paham bahwa untuk mencapai sesuatu, perlu usaha maksimal dan halal, meski kadang melelahkan.

Melekat erat dalam benak saat saya akan melanjutkan kuliah S1 dan adik akan melanjutkan SMA dengan biaya yang sangat besar waktu itu bagi kami. Bahkan saat itu saya berkata sama ibu “saya tidak usah kuliah.” Tapi ibu terus menguatkan saya untuk mencapai cita-cita menjadi guru bahasa Inggris, yang juga menjadi cita-cita ibu dulu. Mesin jahit satu-satunya pun dijual, untuk mencukupi biaya pendaftaran kami. Hingga pusaran waktu membawa saya menyelesaikan kuliah hingga S2 dan mendapat apa yang saya cita-citakan. Begitu pun dengan adik saya. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun berani meruntuhkan ketakutan untuk mencapai berbagai impian.

Masih terlihat jelas pula, 22 Desember 2017, seusai shalat subuh di Bandara Soekarno Hatta. Ibu mengantarkan saya yang akan menempuh perjalanan berjam-jam untuk tiba di Aceh, demi sebuah bakti pada suami. Pada akhirnya, karena ibu, saya pun belajar bahwa untuk berhijrah dan beribadah, butuh pengorbanan demi menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Ibu, pejuang keluarga kami

* * *
Selamat tanggal 1 Januari Ibu. Segala doa terbaik tercurahkan untuk ibu yang telah memberi saya banyak pelajaran. Berbagai pelajaran dari Ibu kini terus saya aplikasikan, termasuk menjadi belajar menjadi istri yang tangguh untuk memaknai perjalanan hidup ini.

Jadi, apa harapan ibu tahun ini? Semoga salah satunya adalah menimang cucu dari kedua anak perempuan ibu. Bukankah doa ibu selama ini selalu terkabulkan? Semoga segera yah Ibu. Amin J

0 comments:

Post a Comment