Thursday, November 16, 2017

Terlambat Memaknai “Carpe Diem”

Carpe diem, quam minimum credula postero, petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok.

Carpe Diem, sebuah frasa dari penggalan puisi karya Quintus Horatius Flaccus atau Horace, seorang penulis puisi pada zaman kekaisaran Agustus pada tahun 65-68 Sebelum Masehi. Dalam puisi berbahasa latin tersebut, “carpe diem” berarti “memetik hari” atau bisa berarti menikmati, memaksimalkan, menggunakan hari dengan maksimal tanpa menunda untuk hari esok. Definisi ini saya sadur dari website kaskus setelah tiba-tiba saya mengingat frasa “carpe diem” tersebut. Frasa itu, acapkali saya buat sebagai pembuka atau penutup sebuah sms beberapa tahu lalu.

Saya pun berpikir bahwa tiba-tiba saya merasa terlambat memahami makna potongan puisi Horace tersebut. Seandainya, sedari dulu saya sudah memahami “carpe diem”, saya akan terus belajar menjadi orang yang bisa memahami gerakan semesta, menjadi manusia yang lebih bersyukur dan menyulam kehidupan dengan warna-warni yang Tuhan siapkan di muka bumi ini serta tentu saja menjadi manusia yang memanfaatkan hari lebih maksimal.

Tentang yang terjadi pada saya hari ini, sebenarnya tidak luput dari perjuangan-perjuangan masa lalu. Tapi, tetap saja, saya masih merasa membuang banyak waktu untuk “memetik hari.” Banyak hari dimana saya tidak menghabiskan waktu untuk mempelajari banyak hal. Alih-alih belajar, saya malah menjadi procrastinator, seorang penunda. Hingga saya sadari, banyak kesempatan berharga yang terlewatkan serta kebahagiaan yang tertunda.

Tulisan singkat ini semoga membuat saya kembali tersinggung, untuk lebih memkasimalkan waktu yang Allah telah berikan, untuk diri dan kemanfaatan untuk orang lain, dan yang paling penting adalah untuk beribadah kepada Sang Pencipta. Carpe diem!

Referensi

https://www.kaskus.co.id/thread/52e68c2a0d8b461d618b46ca/apa-arti-kata-carpe-diem-dan-maknanya/

0 comments:

Post a Comment