Tuesday, September 20, 2016

Berkenalan Dengan Pak Iman, Penghasil Devisa Indonesia Asal Surabaya

Bagian Pertama #ceritadariterengganu
bersama Pak Iman (kanan) dan seorang pemuda Bangladesh (depan saya)
“Mau kemana?” tanya seorang lelaki yang saya perkirakan berumur lebih dari 45 tahun.
Dialek Melayu terdengar khas dari cara bicaranya. Saat itu kami tengah berdiri di Gate 1 Terminal Bersepadu Selatan di Kuala Lumpur, menunggu kedatangan bis Mata Air. Waktu setempat menunjukkan pukul 12 siang.
“Kuala Terengganu Pak,” saya pun menjawab.
“Sama,” sambungnya ringkas.

Tidak berselang lama, bis yang kami tunggu pun datang. Satu per satu penumpang naik, sebagian menyimpan barang bawaannya di bagasi bis tersebut. Saya pun naik, mencari kursi nomor 16 sesuai yang tertera di tiket bis saya. Setelah mendapati kursi nomor 16, saya pun tersenyum melihat penumpang di sebelah saya. Lelaki paruh baya yang menanyai destinasi yang ingin saya kunjungi tadi.

“Perjalanan sekitar berapa lama Pak?” saya pun mencoba memulai percakapan.
“7-8 jam. Dari Indonesia?” bapak itu pun bertanya.
“Iya Pak.”
“Indonesia mana?”
“Makassar.”
“Oo, saya Jawa Timur.”
“Surabaya Pak?” saya menerka.
“Iya.”

Percakapan kami berlanjut. Kini dialek Melayu tadi tidak terdengar lagi, berganti menjadi dialek khas Jawa. Hingga lelaki paruh baya yang bernama Pak Iman pun semakin terbuka membicarakan tentang masa-masanya bekerja sejak tahun 2006, tahun pertama saat Pak Iman memutuskan bekerja di Malaysia.
“Kerja di negara sendiri untuk makan cukup, tapi untuk lihat anak-anak saya berkembang susah. Apalagi anak-anak saya  sudah remaja,” ucapnya lirih.
“Sering pulang kampung?”
“Sekali setahun, biasa juga sekali 6 bulan.”
“Ow tidak terlalu lama yah,” candaku.
Pak Iman pun tersenyum.
* * *

Perjalanan panjang yang dilengkapi mencicipi makan siang berupa Pad Prik Daging dan Teh Tarik di Kemaman, membuat saya mengenal Terengganu dan mengetahui sedikit kehidupan Pak Iman termasuk tentang pekerjaannya di sebuah pabrik di Terengganu yang memasuki tahun keempat. Bapak dari 2 orang anak yang mengajarkan saya tentang kerja keras seorang bapak untuk melihat kesuksesan anaknya. Meski acapkali harus menahan rindu yang berkecamuk, yang selalu menunggu waktu libur untuk bias menuntaskan rindu berkumpul bersama keluarganya di Surabaya. Pak Iman pun menjadi sebuah potret kegigihan seseorang yang mengais rejeki untuk keluarga di negeri orang, yang sekaligus menjadi sumber penghasil devisa untuk Indonesia.

Terimakasih Pak Iman.
#amazingfather
#devisa
#Indonesia

0 comments:

Post a Comment