Wednesday, July 25, 2018

Resensi Trilogi Tan Malaka 2, Gerilya Bawah Tanah



#2weeksonebookchallenge beberapa bulan lalu mengambil tema tentang Novel Fiksi Sejarah. Akhirnya, pilihan Trilogi Tan Malaka 2, Gerilya Bawah Tanah setebal 507 halaman menjadi pilihan. Novel ini dibagi menjadi 5 kisah, yaitu : Anak Haram Kolonialisme, Sang Pemanah Fajar, Membayang Dalam Terang, Benderang dalam Kelam, Di Rembang Petang. .

Novel yang ditulis oleh Hendri Teja  berkisah tentang pemberontakan rakyat terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Tan Malaka, sebagai sosok revolusioner bersama sahabat-sahabatnya Winanta, Jamaluddin Tamim dan Subakat ingin memerdekakan Indonesia. Mereka pada akhirnya berpencar di berbagai negara. Ini bisa kita temukan di potongan percakapan Tan “Di antara kita berempat, hanya Tamim yang memiliki kontak dengan kawan-kawan yang tersisa. Sebagai kelasi, dia bebas keluar masuk banyak negara. Biarkan dia di sini. Kami akan merumuskan cara untuk merangkul kembali para pelarian politik di seantero Semenanjung Malaya.” .


Novel sejarah ini menggambarkan Tan Malaka yang bertransformasi dari pejuang lokal yang berupaya mempersatukan suku-suku di Hindia Belanda menjadi seorang internasionalis yang berusaha memadukan anak-anak rumpun induknya yaitu bangsa Melayu.

Selain itu, di novel ini, kita akan juga melihat dimulainya perjuangan Sukarno. Seperti isi suratnya “Saya bersedia segera muncul di lapangan politik, tetapi saya harapkan saudara Tan Malaka selalu memberikan pedoman dan tuntunan kepada saya.” .

Perlawanan yang dilakukan oleh Tan dan para revolusioner lainnya tidak terlepas dari pemerintah kolonial yang ingin menumpas gerakan perlawanan tersebut. Hingga pada akhirnya mereka harus ada yang ditangkap, dibuang dan disiksa.

Membaca novel membuat kita semakin sadar bahwa kemerdekaan bangsa ini adalah cita-cita mulia yang mampu menukar segala ketakutan akan penjara, penyiksaan, pembuangan bahkan kematian. .

Meskipun, saya belum membaca Novel Trilogi Tan Malaka 1, bahasa Hendri Teja sebagai penulis mudah dimengerti di novel bagian kedua ini. Deskripsi yang detail membuat saya sebagai pembaca berada dalam novel tersebut, merasa menjadi Tan Malaka, Winanta, Tamim, Carmen, bahkan Sukarno.

0 comments:

Post a Comment