Thursday, April 21, 2016

Nowen, Bahagia Selami Potensi Pariwisata Bahari Aceh sampai Papua

Tentang seorang sahabat yang mencintai aktivitas diving.


Nowen, penyelam yang tak sekadar menyelam (Doc.: Nowen)
“Salah satu pengalaman luar biasa yang saya dapatkan selama menyelam adalah mengikuti upacara bawah laut 17 Agustus 2015 bersama Gubernur Maluku di Tapal Kuda, Teluk Ambon bagian luar,” tutur Nowen, seorang sahabat yang mencintai aktivitas diving.

Saya ingat dia selalu sumringah menceritakan aktivitas diving yang hampir setiap akhir pekan dilakukan bersama teman-teman di Pattimura Diving Society (Padis). Padis merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Pattimura yang mengakomodir minat dan bakat mahasiswa dalam bidang pelestarian bahari.

Gaya bicaranya yang penuh dengan semangat mampu membawa saya berpetualangan menuju kedalaman laut, menyelami potensi pariwisata bahari mulai dari daerah kawasan Indonesia barat hingga timur. Dari Aceh hingga Papua. Semuanya indah. Dari ceritanyalah, saya mengetahui bahwa berada di dasar laut seolah berada di dunia lain yang menawarkan berbagai keseruan. Keseruan bermain bersama hiu, menikmati pemandangan terumbu karang, melihat tiger shrimp dan nudibranch.

“Dengan menyelam, saya bisa melihat betapa luar biasa karya Tuhan sehingga tak ada alasan untuk tak bersyukur. Selain itu saya bisa bercengkrama dengan masyarakat pesisir yang begitu bersahaja dalam kesederhanaan,”  sambungnya dengan penuh semangat. Itulah Nowen, penyelam yang tak hanya sekadar menyelam. Dia melakukan aktivitas diving bukan hanya sekadar bersenang-senang, tetapi juga memahamkan dirinya tentang potensi pariwisata bahari di Indonesia.
keindahan bawah laut Bumi Seribu Pulau (Doc: Nowen)
save our coral (Doc. : Nowen)
2 bocah menikmati keindahan pantai Iboy di Sabang (Doc. : pribadi)
Dari ceritanya pulalah saya mengetahui berbagai peran para penyelam dalam mengkampanyekan potensi bahari Indonesia. Tentu saja potensi bahari itu tak akan diketahui jika tak ada orang yang melihatnya di dasar laut bukan? Di satu sisi, masyarakat pun sangat potensial untuk diajak bekerjasama. Jika masyarakat sudah bersatu, didukung oleh regulasi pemerintah yang berpihak pada masyarakat, tentu hasil yang diperoleh akan maksimal.
* * *
Nowen tak sendiri. Saya yakin banyak pemuda sepertinya yang peduli pada potensi bahari sebagai wujud kontribusi pada bangsa ini.

Keyakinan itu terbukti. Saya bertemu 525 pemuda dari 23 provinsi di Indonesia, berdasarkan data dari tribunmakassar.com, seperti Nowen yang mencintai bahari. Saya bertemu mereka saat mengikuti Pelayaran Nusantara (Pelantara) III dengan rute pelayaran Jakarta-Surabaya-Makassar-Balikpapan-Batu Berau-Kwandang-Gorontalo-Balikpapan-Makassar-Surabaya-Jakarta. Selama berlayar mereka melakukan berbagai diskusi tentang potensi bahari di pelbagai provinsi di Indonesia. Selain diskusi, beberapa kali mereka juga mengadakan snorkling, diving dan penanaman pohon untuk mencegah abrasi laut di Makassar. Itulah mereka, para pemuda yang “menguasai lautan.” Penguasaan ini akan membuat negara kita besar dan kuat, seperti Bung Karno pernah katakan.

Bahwa tradisi kuno kita ialah, agar kita menguasai lautan, bahwa negara kita hanya bisa menjadi besar dan kuat jikalau ada persatuan perhubungan penguasaan yang mutlak atas lautan, (Bung Karno, 16 Januari 1961 dalam Taum: 2013)

Penguasaan akan laut dan segala potensi didalamnya sebaiknya diperhatikan secara maksimal. Untuk itu tentu dibutuhkan pemahaman konsep kebaharian. 

Yoseph Yapi Taum dalam makalahnya berjudul Berbagai Mitos tentang Laut: Mengungkap Konsep Bahari Bangsa Indonesia (2013) mengemukakan bahwa jika kita cermati berbagai mitos dan cerita rakyat tentang laut, kita dapat menyimpulkan secara tegas bahwa bangsa Indonesia memang bangsa bahari. Pelbagai cerita rakyat di kawasan Indonesia timur bahkan menunjukkan bahwa laut adalah pemberi kehidupan yang paling utama (suku Bajao, suku Lamalera, dan suku Sasak). Semasa jayanya Kerajaan Majapahit, Nusantara merupakan sebuah kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi.

Kekayaan bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari pun dikemukakan oleh Prof. Dr. Yusni Ikhwan Siregar dalam makalahnya yang berjudul Menggali Potensi Sumber Daya Laut Indonesia. Siregar (2015) mengemukakan bahwa potensi kelautan Indonesia diperkirakan 1,2 triliun USD, yang dapat menyerap 40 juta tenaga kerja. Dari potensi tak tereksploitasi (sleeping potency), kontribusi seluruh sektor kelautan (11 sektor) terhadap PDB Indonesia terhitung 20%. Potensi dan kekayaan laut tersebut meliputi potensi produk langsung seperti perikanan dan produk tak langsung seperti pariwisata bahari yang mampu menghasilkan US$ 2.000.000.000/th (Depbudpar:2000 dalam Siregar :2015)
* * *
Pemanfaatan potensi bahari tak akan terlepas dari peran para penyelam yang tak sekadar menyelam seperti Nowen. Nowen yang mencintai aktivitas diving dan selalu semangat menceritakan keindahan bahari khususnya bawah laut yang ditemuinya Seperti kemarin (21/4), dia kembali bercerita tentang potensi bahari di Seram Bagian Timur dan Papua.

“Kenapa kamu suka bercerita tentang laut?” saya pun menanyainya kemarin sore.
“Harapan saya selalu bercerita sederhana. Semoga semakin banyak orang yang menyadari potensi kekayaan laut Indonesia dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke yang merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia.¹ 
* * *

¹Prof. Dr. Yusni Ikhwan Siregar mendefinisikan Marine Mega-Biodiversity sebagai kekayaan laut Indonesia yang memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang . 


0 comments:

Post a Comment