Monday, July 4, 2016

Baju Baru Dari Mama

“Nak, besok kita ke sentral beli baju baru,” kata mama, beberapa hari menjelang lebaran.
“Baju obral nah ma, biar bisa dapat 2 pasang.” Saya pun menyambung perkataan mama dengan sangat riang. Kulihat adik pun tersenyum.
* * *
Percakapan di atas sering terjadi beberapa tahun silam, khususnya mendekati hari lebaran. Hari lebaran yang kala itu bagi saya adalah waktu khusus untuk bisa membeli baju baru. Yah waktu khusus, karena saya hanya bisa beli baju baru sekali setahun, hari sebelum hari lebaran tiba. Baju baru yang selalu diusahakan mama, bagaimana pun caranya. Asalkan halal.

Dulu -saya lupa tepatnya tahun berapa- mama pernah menggadaikan mixernya untuk bisa membeli baju baru untuk saya dan adik. Pernah pula, mama menggadaikan 3 pasang seprai. Entah barang apa lagi yang pernah digadaikan oleh mama beberapa tahun silam. Tentu saja untuk mendapatkan uang membeli baju baru untuk 2 anak kesayangannya.

Meski saya masih kecil, saya tahu saat-saat seperti itu sangat sulit bagi mama. Saya dan adik bahagia mendapat baju baru. Tapi, acapkali kami menangis sebelum benar-benar ke sentral untuk menghabiskan uang yang didapat dari hasil gadaian, takut kalau mama akan kesulitan “menebus” barang tersebut.
* * *
Percakapan tentang barang gadaian dan baju baru itu tidak terdengar lagi. Setelah saya dan adik -2 anak kesayangan mama yang semakin mendewasa- bisa memperoleh penghasilan. Meski demikian, setiap mendekati hari lebaran, saya selalu ingat “susahnya” keluarga kami beberapa tahun silam. Meski hanya sekadar untuk membeli baju obral di kisaran 10 ribuan kala itu.

Kini, beberapa kali saya dan adik mengajak mama untuk jalan bersama kami dengan maksud membeli baju baru untuk mama, seperti yang dilakukan mama kala itu, beberapa kali pula mama menolak. Mungkin mama berpikir bahwa kalau mama mengiyakan, mama akan mengurangi jumlah uang untuk membeli baju baru anak-anaknya. Atau bisa jadi mama berpikir bahwa mama bisa dengan mudah mendapatkan baju baru untuk dirinya karena mama adalah seorang penjahit?

Apapun alasan mama menolak, yang saya tahu itulah cara mama untuk terus mendapatkan baju baru untuk saya dan adiknya, meski kini tidak lagi dengan menggadai barang. Itulah mama, yang dengan tulusnya selalu ingin membahagiakan anak-anak kesayangannya.

01.06 wita, hari ke 29 Ramadan 1437 H
mengusap pipi yang basah, lalu tersenyum melihat isi dalam lemari
* * *
Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan #RamadanDay29 #SIGiMenulisRamadan
Baca tulisan SIGiers Makassar yang lain
Kyu     : kyuuisme.wordpress.com
Nunu   : nuralmarwah.com

0 comments:

Post a Comment